Articles by "Jenis dan Macam"

About Film About Iguana Accessories Hamster Adat Afghan Hound Alamat Alasan alaskan malamut american bully American Cocker Spaniel american pit bull terrier Anak Anak Hamster Aneka Jual Cupang Aneka Varian Hamster Anime anjing Anjing Akita Inu anjing kawin aquaspace Arwana Arwana Golden Red Avatar Hamster Bagaimana Barang Murah basenji basset hound beagle Bedding Beli Hamster Beli Hewan Peliharaan Beli Ikan Beli Mamalia Beli Reptil beo Berita Pagi beruang Biawak bichon frise Biografi bird birman border collie Botak Botol Hamster Budaya dan Kesenian Buku Panduan Buku Panduan Hamster Buku Pertanyaan bulldog Bulu burmese Businesses Cake Cup Campbell Campbell Albino Campbell Argente Campbell Black Campbell Black Mottled Campbell Black Platinum Campbell Blue Campbell BlueFawn Campbell Dove Campbell Dove Mottled Campbell Flip Flop Campbell Lilac Campbell Lilac Satin Campbell Mozaik Campbell Normal Campbell Normal Mottled Campbell Opal Campbell Panda cara melatih anjing Cara Merawat Cat Show Cerita Daerah Chow-chow cihuahua Ciri-ciri ciri-ciri mamalia Computer Contact Person Cooking Culture Cup Cake Cupang dachshund dalmatian Design Ditinggal Dititipkan doberman Dudukan Botol Dudukan Botol Hamster Ekonomi Islam Entrepreneur Facebook faktor Fashion Film Financial Fish fisik anjing followers freshwaterfish Friends Gadget gajah Galeri Gallery Hamster Games Games December 2013 gantungan kunci Gecko gerbil german shepherd. herder Gex Go Green golden retriever Goresan Pemikiran great dane Grosir Hamster Grosir Jambi Guinea Pig Guppy Guppy Export GUppy Import habbit Hadiah Hamster Hamster Berantem Hamster Cage Hamster dan Anak Kecil Hamster Food Hamster Hamil Hamster Indonesia Hamster Info Hamster Jambi Hamster Jelly hamster lahiran Hamster Langka Hamster Langkah Hamster Lover HAMSTER LOVER JAMBI Hamster Mini Hamster Murah Hamster Pemula Hamster Rare Hamster Roborovsky Handphone harimau Harus Hastag Health Hewan Peliharaan Hewan Unik Hibah Hobby Dan Bisnis Ikan Ikan Lele Ilmiah Indonesia Induk Info Info Buaya Info Burung Indonesia Info Cucakrowo Info CucakRuwo info fish indonesia Info Gecko Info Hamster Lover Info Iguana Info Kura-Kura info mamalia indonesia Info Reptile Info Savannah Info Ular Info Varanus Informasi Teknologi Inspirasi Install Internet jack russel terrier Jambi Jamtos jenis Jenis dan Macam Jika Job Online Jogging Ball Jogging Wheel Jual Jual Alap-Alap Jual Anjing Jual Ayam Jual Biawak Jual Buaya Jual Burung Jual Burung Elang Jual Burung Hantu Jual Gecko Jual Hamster Jual Hewan Peliharaan Jual Hewan. Jual Iguana Jual Ikan Jual Katak Jual Kelinci Jual Kucing Jual Kukang Jual Kura-Kura Jual Laba-laba Jual Landak Jual Mamals Jual Musang Jual PowerBank Jual Reptil Jual Scorpion Jual Serangga Jual Tikus Putih Jual Ular Jual Varanus Jual-Beli kakak tua Kandang kandang anjing Kandang Burung Kandang Hamster Kandang Kelinci Kandang Kucing Kanibal karakteristik mamalia Kaskus katak kcerdasan dan tingkah laku anjing Keajaiban Dunia Kelinci Keluar Kematian Hamster kenari Kesalahan kintamani Kisah dan Cerita Lucu Komputer Kota Kuaci kucing Kucing Persia kuda Kue kura-kura labrador retriever lama hidup anjing Lampion Lampu Bulb Landak Mini Laptop Lhasa Apso Life Style LOL LoveBirds Lowongan Kerja macam-macam hewan mamalia macan Makan Makanan makanan anjing Makanan dan Kesehatan Makanan Hamster Makanan Racikan makanan yang dilarang untuk anjing maltese mamalia hewan yang menyusui Marketing marmut memelihara anjing Mengapa mengenal anjing Merak Merpati Miniature Pinscher Miniature Schnauzer Modem monyet Motivasi Movies Murah Music My Galery My Pets My Sweet Story Home Negeri New Item News Olahraga orangutan Padang pakan ikan Palembang Panduan papillon Pasir Zeolite pekingese Pembroke Welsh Corgi Pemelihara Pemula Penanganan Pengembangan Diri Pengumuman Kuis Penyakit penyakit anjing Penyebab Kematian Hamster perawatan Perawatan Iguana Pergi Perlengkapan Hamster Pernikahan Personality Test Pertolongan Photograph Photoshop Piala Piala Jambi Piala Murah Politik pomeranian poodle Pray For Indonesia Profil Usaha Promo pug Quiz and Games ragam ragdoll Rainbow Cake ras anjing murni Recommended Article Regional Ambarawa Regional Bali regional Balikpapan Regional Bandar Lampung Regional Bandung Regional Banjarmasin Regional Banten Regional Banyuwangi Regional Batam Regional Baturaja Regional Bekasi Regional Bengkulu regional Blitar Regional Blora Regional Bogor Regional Bojonegoro Regional Boyolali Regional Cilacap Regional Cimahi Regional Cirebon Regional Demak Regional Depok Regional Garut Regional Gresik Regional Jakarta Regional Jambi Regional Jawa Barat Regional Jawa Tengah Regional Jawa Timur Regional Jayapura Regional Jember Regional Kalimantan Selatan Regional Kalimantan Timur Regional Kebumen Regional Kediri Regional Klaten Regional Lampung Regional Madiun Regional Magelang Regional Makassar Regional Malang Regional Manado Regional Medan Regional Muntilan Regional Padang Regional Palembang Regional Palu Regional Pangandaran Regional Pekalongan Regional Pekan Baru Regional Pemalang Regional Pontianak Regional Purwokerto Regional Purworejo Regional Riau Regional Salatiga Regional Samarinda Regional Semarang Regional Sidoarjo Regional Singkawang Regional Solo Regional Sragen Regional Subang Regional Sumatra Selatan Regional Sumatra Utara Regional Surabaya Regional Surakarta Regional Tangerang Regional Tasikmalaya Regional Yogyakarta reproduksi mamalia Resep Kue Result Roborovsky Roborovsky Normal Roborovsky White Face Rontok Rottweiler Rough Collie Rujukan runa rusa Sahabat Ilmu Jambi saint bernard Sakit saluki samoyed Scorpion Scottish Terrier Seminar Seputar Hamster Serbuk Jati Service Laptop shar pei Shetland Sheepdog shiba inu shih tzu siam Siang siberian husky singa Skipsi Smartphone Gratis Soa Payung somali Sovenir Sports Sugar Glider Suka Sumatra Barat Sumatra Selatan Super Red Syrian Syrian Long Hair Syrian Short Hair Tahukah Kamu?? Tanda Tart Telopia Teman Tempat Nongkrong Termahal ternak Terrarium Terrier Tibet Tidur Tiket Pesawat Tips and Tricks tips hidup sehat Tips Merawat tonkinese toxoplasma Trophy Tropi Tropy Tugas Sayembara II twitter Uang Langka ular Usia Hamster Siap Kawin Varanus Vitamin Hamster Wadah Makan West Highland White Terrier Winter White Winter White Golden Red Eyes Winter White Pearl Red Eyes Wisata Yorkshire Terrier
Tampilkan postingan dengan label Jenis dan Macam. Tampilkan semua postingan

Buaya adalah nama Indonesia untuk menyebutkan jenis reptil yang berasal dari famili atau suku Crocodylidae. Selain buaya, reptil ini juga dikenal dengan nama nama yang berbeda di daerah daerah di Indonesia. Orang Sunda atau Banjar menyebutnya buhaya, di Jawa Tengah & Timur reptil ini disebut baya atau bajul, di Betawi disebut bekikok, bekatak, buaya katak (buaya yang bertubuh kecil gemuk), senyulong, buaya jolong jolong (Melayu). Dalam bahasa Inggris buaya disebut crocodile. Buaya termasuk hewan purba yang hanya mengalami sedikit perubahan evolusi semenjak zaman dinosaurus. Boleh dikatakan, buaya yang ada saat ini dengan yang ada pada zaman dinosaurus dulu relatif tidak jauh berbeda atau berubah.

Berbagai macam jenis (spesies) buaya termasuk spesies buaya di Indonesia memiliki ciri ciri yang hampir sama. Pada umumnya habitat buaya adalah di perairan air tawar seperti danau, rawa dan sungai, tapi ada juga jenis buaya yang hidup di air payau seperti buaya muara. Buaya adalah pemangsa yang menyergap mangsanya. Buaya menunggu mangsanya mendekat lalu akan menerkamnya dengan tiba tiba. 

Makanan buaya meliputi ikan, unggas dan beberapa mamalia. Selain mampu bergerak dengan cepat dan tiba tiba, buaya juga mempunyai rahang yang memiliki kemampuan mencengkeram yang sangat kuat. Tekanan gigitan rahang buaya dipercaya sebagai yang terkuat. Tetapi ironisnya, otot otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya sangat lemah. Pada satu percobaan terbukti bahwa buaya tidak mampu membuka mulutnya yang sudah diplester dengan beberapa lilitan saja.

Dari semua spesies buaya di dunia, di Indonesia terdapat 7 spesies buaya, antara lain adalah:

1. Buaya muara (Crocodylus porosus).
Crocodylus porosus

Buaya muara adalah spesies buaya yang paling sering ditemukan di Indonesia. Buaya muara adalah spesies buaya yang terbesar, terpanjang dan terganas di antara jenis jenis buaya lainnya di dunia. Buaya muara juga memiliki habitat persebaran yang sangat luas, bahkan terluas dibandingkan spesies buaya lainnya. Buaya muara dapat ditemukan mulai dari Teluk Benggala (India, Sri Langka dan Bangladesh) hingga Kepulauan Fiji. Indonesia adalah habitat favorit buaya muara selain Australia.



2. Buaya siam atau buaya air tawar (Crocodylus siamensis).

Siamese Crocodile

Buaya jenis ini sudah termasuk dalam daftar Critically Endangered atau kritis. Buaya Siam diperkirakan berasal dari Siam. Buaya siam selain di Indonesia dapat dijumpai pula di Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos dan Kamboja. Di Indonesia, buaya siam hanya terdapat di Jawa dan Kalimantan.






3. Buaya Irian (Crocodylus novaeguineae).
Crocodylus Novaeguineae

Buaya Irian hanya terdapat di kepulauan Irian di Indonesia dan Papua Nugini. Bentuk tubuh buaya yang hidup di air tawar ini mirip dengan buaya muara tapi memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dan berwarna lebih hitam.






4. Buaya Kalimantan (Crocodylus raninus).

C. Raninus
Buaya Kalimantan mempunyai ciri ciri yang mirip dengan buaya muara. Karena sebab inilah buaya yang hanya dapat ditemui di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan ini statusnya masih menjadi perdebatan para ahli.






5. Buaya Mindoro (Crocodylus mindorensis).

Mindoro
Buaya Mindoro berada dalam status Critically Endangered. Buaya ini awalnya termasuk anak jenis (subspesies) dari buaya Irian (Crocodylus novaeguineae) tapi sekarang buaya ini di anggap sebagai jenis tersendiri. Buaya mindoro di Indonesia dapat ditemukan di Sulawesi bagian timur dan Sulawesi bagian tenggara.







6. Buaya senyulong (Tomistoma schlegelii).


Buaya senyulong tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Buaya senyulong memiliki perbedaan yang unik dibandingkan dengan jenis buaya lainnya yaitu moncongnya yang relatif sempit.










7. Buaya sahul (Crocodylus novaeguineae).

Buaya Sahul
Buaya sahul sebenarnya masih dianggap satu jenis dengan buaya Irian, tapi oleh beberapa ahli taksonomi, buaya sahul yang hanya tersebar di Papua bagian selatan ini diusulkan untuk dijadikan spesies tersendiri.

Dari jenis jenis buaya yang ada di Indonesia,empat jenis buaya diantaranya, (Buaya Irian, Buaya Muara, Buaya Siam dan Buaya Sinyulong adalah satwa yang dilindungi oleh undang undang berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Jenis jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Oleh IUCN Redlist, Buaya siam dan buaya mindoro dikategorikan dalam buaya yang mulai langka dan dimasukkan dalam status konservasi Critically Endangered (Critis). Sedangkan Buaya senyulong dimasukkan dalam status konservasi Terancam Punah (Endangered). Dan spesies buaya lainnya seperti buaya muara dan buaya Irian didaftarkan dalam status konservasi berisiko rendah atau Least Concern.

Albino
Ada jenis Albino yang dikenal pada Leopard Gecko yang mana satu dengan yang lainnya berbeda. Pada umumnya yang dimaksud dengan Albino adalah jika Leopard Gecko tersebut sangat kurang atau bahkan tidak memiliki pigmen berwarna hitam pada tubuhnya. Dan warna mata merah/merah muda merupakan bukan persyaratan mutlak pada Leopard Gecko yang masuk dalam kategori Albino, dan semua tiga strain albino pada Leopard Gecko adalah sifat resesif sederhana.



Tremper Albino

Tremper Albino biasanya memiliki ciri pada matanya berwarna merah muda kecokelatan, serta warna cokelat terdapat pada spot markingnya.
Tremper Albino merupakan strain pertama Leopard Gecko yang ditemukan, dan jenis yang paling umum pada Leopard Gecko Albino.Beberapa jenis Tremper Albino juga ada yang memiliki warna merah muda, namun biasanya lambat laun memudar menjadi warna cokelat keperak-perakan terutama bila terkena cahaya.



Rainwater Albino



Rainwater Albino juga dikenal denga nama "Las Vegas Albinos", jenis Rainwater Albino memiliki warna mata gelap daripada jenis Albino pada Leopard Gecko lainnya.





Bell Albino


Bell Albino terkenal dengan warna matanya yang berwarna merah muda terlihat sejak lahir hingga tumbuh dewasa, serta memiliki marking spot berwarna cokelat/lavender yang lebih jelas yang lebih banyak dibanding jenis albino lainnya.







Patternless

Patternless merupakan juga sebutan dari Murphy Patternless yang terkadang disebut juga sebagai Leucistic Leopard Gecko. Petternless adalah morph lain bersifat resesif, Murphy Patternless dikenal karena tidak memiliki pattern (marking) sejak bayi hingga dewasa, dan pada masa masih bayi telah memiliki penampilan yang cukup unik terutama dibagian sekitar bahu dan kepalanya.
Pola warna unik yang dimiliki yaitu dari abu-abu hingga warna kehijauan diseluruh tubuhnya, tetapi sebagian besar juga memiliki ekor ungu keabu-abuan (Purple-Grey Tail).


Patternless Albino


Patternless Albino adalah Leopard Gecko yang menunjukan ciri Patternless yang merupakan salah satu dari tiga strain Albino. Patternless Albino sangat mirip dengan spesimen Patternless, namun hanya memiliki warna kuning pada tubuhnya dan memiliki warna mata albino.
Patternless Albino merupakan hasil mutasi resesif ganda yang telah eksis diantara ketiga strain albino, antara lain Rainwater Albino dan Tremper Albino.


Blizzard

Leopard Gecko ini mirip dengan spesimen Patternless karena kurangnya Marking/Pattern/Banded yang merupakan ciri khas yang biasa terlihat pada lainnya.
Blizzard memiliki warna dari putih hingga keabu-abuan, terkadang terdapat warna kekuning-kuningan pada tubuhnya.
Blizzard tidak memiliki pola warna/Pattern maupun Carrot Tail yang terlihat sejak bayi hingga dewasa.
Blizzard terkadang dapat berubah warna menjadi sedikit agak gelap atau terang, oleh karena itu disebut sebagai "Gecko Mood" oleh beberapa orang.
Blizzard memiliki sifat resesif sebagaimana Albino dan Patternless.


Blazing Blizzard

Blazing Blizzard Terlihat sangat mirip dengan Blizzard, hanya memiliki warna yang lebih putih dibandingkan dengan Blizzard yang cenderung agak gelap/keabu-abuan/kekuning-kuningan.
Blazing Blizzard merupakan Leopard Gecko yang memiliki warna putih solid.





SHTCT-B


Hypomelanistic, Super-Hypo & Baldy adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kurangnya warna totol hitam/pigmen pada tubuh Leopard Gecko yang masuk dalam kategori non-albino, walaupun beberapa tempat mungkin ada seperti pada ekornya, sedikit pada bibir dan kepalanya.
Sedangkan Super-Hypo adalah Hypomelanistic yang benar-benar tidak memiliki/sangat sedikit warna hitam/pigmen pada tubuhnya. Adapun "Baldy" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan Leopard Gecko yang benar-benar tidak memiliki warna hitam/pigmen di kepala nya, walaupun tidak semua "Baldy" juga Super-Hypo.


Tangerine

"Carrot Tail" & "Carrot Head" menggambarkan posisi warna Orange pada Leopard Gecko. Leopard Gecko yang disebut Tangerine "Tang" memiliki warna dasar tubuh oranye yang berbeda dengan warna kuning terang khas yang dapat dilihat pada Leopard Gecko normal.
Intensitas warna oranye dapat bervariasi dari jingga-kuning hingga ke merah-merahanan pada beberapa spesimen. Sedangkan "Carrot Tail" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahwa Leopard Gecko yang memiliki warna merah seperti Carrot (Wortel) mulai pangkal ekor hingga ke ujung ekor. Ukuran Carrot Tail sangat bervariasi, dimulai hanya lingkaran tipis pada pangkal ekor hingga melebar ke ujung ekor. Penggunaan istilah "Carrot Tail" biasanya diperuntukkan bagi Leopard Gecko yang memiliki warna Carrot/Wortel pada ekornya, setidaknya sepanjang 1/4 ekor atau 25% dari panjang ekornya diukur sejak pangkal ekor hingga ujung ekor.
“Carrot Head” adalah warna Carrot/Wortel yang terdapat di atas kepala Leopard Gecko dan biasanya eksklusif untuk Tremper Albinos. Semua ciri ini dianggap poligenik atau bersifat khusus.


Hybino

Hybino Leopard Gecko pada dasarnya merupakan hasil penggabungan daripada karakter albino resesif dengan Hypo poligenik serta karakteristik Super-Hypo dengan tujuan untuk menghasilkan Albinos dengan warna kuning solid/padat atau untuk warna orange pada tubuhnya serta Carrot Tail.
Yang mana saat ini oleh sebagian orang disebut sebagai "Sunglow". Hybino dapat diciptakan dari tiga strain Albino, dan dapat bervariasi seperti halnya Hypo dan Super-Hypo.



Line-Breed Snow

Line-Bred Snow adalah Leopard Gecko yang telah diselektif dan dikembangkan bertujuan untuk mengurangi warna tubuh menjadi warna putih atau hampir putih. Line-Bred Super Snow hanya memiliki warna hitam dan putih, tanpa warna kuning yang nyata pada tubuhnya. Line-Bred Snow adalah morph poligenik.





Mack Snow dan Super Snow

Mack Snow & Super Snow merupakan co-dominan morphs yang mengurangi atau menghilangkan warna kuning dan oranye yang terlihat pada kebanyakan Leopard Gecko. Mack Snow memiliki warna hitam dan putih, meskipun beberapa spesimen menunjukkan berbagai warna kuning setelah usia dewasa. Mack Super Snow memiliki ciri pada pola yang unik, warna yang sangat kontras antara warna hitam dan putih, kemudian mata nya dengan warna hitam solid. Ciri-ciri ini belum tampak pada baby Leopard Gecko, tetapi biasanya setelah berumur satu bulan atau lebih. Baby Super Snow tampak sama dengan Blizzard. Super Snow memiliki sifat resesif, karena kedua indukan harus gen Mack Snow untuk menghasilkan keturunan Super Snow.
Mack Snow Albino merupakan hasil dari kombinasi salah satu dari tiga jenis albino dengan gen Snow, hal itu terlihat sejak masih baby warna kuning albino seperti layaknya Leopard Gecko Morph lain nya tidak tampak terlihat diganti dengan warna putih, tetapi setelah menginjak dewasa beberapa beberapa warna kuning mulai muncul, sehingga menghasilkan warna pastel Albino.
Mack Super Snow Albino pada dasarnya merupakan salah satu dari tiga jenis Albino. Mereka menunjukkan pola yang sama sebagai Mack Super Snow, tetapi warna pigmen hitam digantikan dengan warna krem atau cokelat. Mack Super Snow Albinos memiliki mata berwarna padat yang sangat gelap seperti pada Tremper dan spesimen Rainwater, dan merah solid pada spesimen Bell Albino.



Combination Morph


Rainwater Red Stripes adalah morph relatif baru yang dihasilkan dari penggabungan Rainwater Albino dengan Red Stripes. Spesimen luar biasa memiliki dua garis-garis orange-merah yang tak terputus mengalir di punggung Leopard Gecko dan ekor penuh garis-garis.


A.P.T.O.R., R.A.P.T.O.R. & "Eclipse"


Pada dasarnya tiga variasi morph albino sama-sama Tremper. A.P.T.O.R. (Albino Patternless Tremper Orange), dan R.A.P.T.O.R. (Rubby Eyes Albino Patternless Tremper Orange) menunjukkan spesimen dengan mata merah. Patternles yang mempengaruhi karakter morphs ini tidak kompatibel dengan Murphy Patternles.
Sedangkan "Eclipse" merupakan ciri lain non-Albino dari morph ini dan kadang-kadang dapat menghasilkan "Snake Eyes".


"Snake Eyes", seperti yang digambarkan di sini adalah Leopard Gecko yang matanya memiliki wilayah hitam solid di iris mereka. Banyak spesimen yang memiliki satu atau kedua matanya setengah mata hitam, sementara yang lain ada yang 1/4 sampai 3/4 bagian mata mereka hitam solid. Genetika di balik sifat ini masih dipelajari, tetapi tampaknya yang paling sering terjadi pada Blizzard dan morphs Raptor. Beberapa peternak juga menghasilkan Leopard Gecko albino dengan "Snake Eyes".

Iguana hijau (green iguana) telah menjadi salah satu hewan eksotis yang banyak dijadikan peliharaan.
Tahukah Anda bahwa sebenarnya terdapat banyak spesies iguana?
Sebagian besar iguana hidup di alam bebas dan tidak dapat ditemukan di toko hewan peliharaan.
Iguana dapat diklasifikasikan ke dalam tujuh jenis, yaitu:
1. Iguana gurun, Dipsosaurus.
2. Iguana ekor berduri, Ctenosaura.
3. Iguana berpelindung kepala, Lemanctus.
4. Iguana berhelm, Corytophanes.
5. Iguana batu dan badak, Cyclura.
6. Iguana Madagaskar, Chalarodon.
7. Iguana hijau.
Dari ketujuh jenis iguana tersebut, iguana hijau adalah yang paling populer dan sering dijadikan peliharaan.
Iguana mungkin berbeda dalam penampilan dan jenis tetapi mereka memiliki kebiasaan, diet dan ukuran yang relatif sama.
1. Iguana adalah herbivora.
Herbivora merujuk pada binatang pemakan tumbuhan. Iguana termasuk herbivora.
Ini mungkin menjadi alasan mengapa banyak orang memilih iguana untuk dijadikan hewan peliharaan. Memberi makan iguana cukup mudah bila dibandingkan dengan hewan peliharaan lainnya.
Agar tetap sehat, iguana harus diberi makan sayuran berdaun hijau yang bergizi. Selada bisa dijadikan salah satu sumber makanan yang baik bagi iguana. Namun segala jenis sayuran hijau juga akan baik buat iguana.
2. Iklim tropis.
Iguana umumnya hidup di daerah beriklim tropis. Itu sebab, iguana tidak ditemukan di daerah dengan iklim yang dingin.
Ini merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan saat membeli iguana. Indonesia dengan iklim tropis tentu tidak akan menjadi masalah bagi iguana untuk hidup dengan sejahtera.
3. Menjinakkan iguana.
Iguana pada dasarnya adalah hewan liar. Pemilik perlu menjinakkan iguana sehingga tidak galak dan bertingkah laku manis.
Iguana yang sudah jinak dapat dilepaskan untuk berkeliaran di dalam rumah tanpa khawatir akan merusak atau menelan sesuatu yang berbahaya.
Menjinakkan iguana juga akan memungkinkan pemilik untuk memegang, memeluk, dan membelainya tanpa khawatir akan terluka oleh tingkah agresif iguana.
4. Iguana dapat tumbuh besar.
Hanya karena saat membeli berkuran kecil,bukan berarti iguana tidak dapat tumbuh menjadi besar.
Iguana dapat tumbuh hingga mencapai panjang satu meter atau lebih setelah tiga hingga empat tahun.

sumber : http://www.amazine.co/2097/tips-memelihara-iguana-mengenal-7-jenis-iguana/


A. Ular Berbisa Tinggi


Jenis ular berbisa sebenarnya tidak terlalu banyak dibandingkan dengan ular yang tidak berbisa. Ular berbisa biasanya tidak terlalu agresif karena mereka mengandalkan bisanya untuk melindungi diri dari musuh. Sebenarnya bisa ular lebih berfungsi untuk berburu mangsa saja.

1. Ular Weling (Bungarus Candidus)

Ciri-ciri fisik: Kepala oval, panjang tubuh dewasa sekitar 80 – 160 cm, warna kulitnya loreng hitam putih cerah dengan ukuran yang tidak seragam melingkar membentuk cincin, badan berpenampang bulat, bagian bawah putih polos, kelihatan mencolok di malam hari.
Habitat: Sawah, perkebunan, dekat pemukiman penduduk, perbukitan dataran rendah sampai pada ketinggian 1600 m dpl.
Makanan: Kadal, katak, tikus atau mamalia kecil lainnya.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari), tidak agresif di siang hari, cenderung menghindar jika diganggu atau menyembunyikan kepalanya di bawah badannya dengan melingkar, sensitif dengan cahaya dan akan berusaha mendekti.
Tipe gigi: Ophistoglypha.
Racun dominan: Neurotoxin (menyerang sistem syaraf)
Efek pada luka gigitan: hampir tidak ada.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek pada sistem syaraf: Menyebabkan kelumpuhan.
Efek klinis: Menyebabkan kematian, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 60 – 70%






2. Ular Welang (Bungarus Fasciatus)

Ciri-ciri fisik: Kepala oval, panjang tubuh dewasa sekitar 110 – 213 cm, warna kulitnya loreng hitam kuning cerah dengan ukuran yang seragam melingkar membentuk cincin, badan cenderung segitiga (tidak bulat), kelihatan mencolok di malam hari.
Habitat: Hutan, persawahan, perkebunan atau di sekitar permukiman penduduk.
Makanan: Kadal, katak, ular, tikus atau mamalia kecil lainnya.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari), tidak agresif di siang hari, cenderung menghindar jika diganggu atau menyembunyikan kepalanya di bawah badannya dengan melingkar, sensitif dengan cahaya dan akan berusaha mendekti.
Tipe gigi: Ophistoglypha.
Racun dominan: Neurotoxin (menyerang sistem syaraf)
Efek pada luka gigitan: hampir tidak ada.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek pada sistem syaraf: Menyebabkan kelumpuhan.
Efek klinis: Menyebabkan kematian, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 1 – 10%









3. Ular Luwuk (Trimeresurus Albolabris)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 40 – 100 cm, kepalanya berbentuk segi tiga, leher kecil, sisik kasar, mempunyai lubang sensor panas di antara mata dan lubang pernafasan, mata merah, warna kulit bawah hijau cerah sedangkan punggungnya agak tua, ekor merah dan runcing.
Habitat: Hutan bambu, semak-semak hijau, pepohonan hijau atau dekat sungai.
Makanan: Kadal, katak, tikus atau mamalia kecil lainnya.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada mamal hari) dan semi arboreal (siang hari menghabiskan waktu di dahan pohon dan malam hari di daratan), tidak melarikan diri bila di pegang atau diganggu bahkan akan langsung menggigit.
Tipe gigi: Solenoglypha (taring bisa dapat dilipat.
Racun dominan: Hemotoxin (menyerang sel darah)
Efek pada luka gigitan: Sakit, bengkak, memar, terasa panas.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek klinis: Berpotensi membahayakan, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 1 – 10%







4. Ular Bandotan Macan (Vipera Russelli)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 100 – 150 cm, badan coklat dengan corak gambar membentuk oval tak beraturan, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leherjantan lebih besar dari pada betina, kepalanya berbentuk segi tiga, mempunyai lubang sensor panas di antara mata dan lubang pernafasan.
Habitat: Semak-semak daun kering, ladang pertanian, persawahan, daerah bebatuan, atau padang rumput pd ketinggian sampai 2000 m dpl.
Makanan: Kadal, katak, tikus atau mamalia kecil lainnya.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari), mulai aktif pada sore hari, menangkap mangsa dengan cara menyergap (ambush), jika merasa terganggu akan cenderung diam dari pada melarikan diri dan akan mengeluarkan suara (hissing) yg sangat keras dengan di barengi dgn posisi siaga (“S” shape) mulai dari leher ke kepala. serangannya sangat cepat dan luka gigitan sangat dalam.
Tipe gigi: Solenoglypha (taring bisa dapat dilipat).
Racun dominan: Hemotoxin (menyerang sel darah)
Efek pada luka gigitan: Sakit, bengkak, memar, terasa panas.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek klinis: Berpotensi mematikan, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 10 – 20%









5. Ular Bandotan Jedor (Calloselasma Rhodostoma)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 50 – 110 cm, tubuh berwarna coklat dengan corak gambar seperti diamond, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leher, sisik kasar, kepalanya berbentuk segi tiga, mempunyai lubang sensor panas di antara mata dan lubang pernafasan.
Habitat: Semak-semak daun kering, ladang pertanian, persawahan, daerah bebatuan.
Makanan: Kadal, katak, tikus atau mamalia kecil lainnya.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari) dan diurnal (jarang), cenderung aktif jika kelembaban meningkat, hampir tidak ada gerakan berarti untuk menghindari predator/manusia, tdk termasuk ular yang agresif namun siap menyerang jika di ganggu.
Tipe gigi: Solenoglypha (taring bisa dapat dilipat).
Racun dominan: Hemotoxin (menyerang sel darah)
Efek pada luka gigitan: Sakit, bengkak, memar, terasa panas.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek klinis: Berpotensi mematikan, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 1 – 10%









6. Ular King Kobra (Ophiophagus Hannah)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 200 – 559 cm, warna kulitnya hitam dengan cincin putih (tidah terlalu terang) di sepanjang tubuhnya.
Habitat: Hutan tropis, padang rumput terbuka, dataran rendah, sampai pada ketinggian 1800 m dpl.
Makanan: Utamanya ular dan kadal.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), terestrial dan kanibal. termasuk ular yg tidak agresif, lebih memilih untuk lari jika di ganggu, namun jika terpojok maka ular ini akan menaikan tubuhnya tinggi2 sambil mengembangkan tubuh di sekitar lehernya (hood) dan akan mengeluarkan suara yg cukup keras.
Tipe gigi:
Racun dominan: Postsynaptic neurotoxins (menyerang sistem syaraf) yang dapat membunuh manusia dalam 3 menit.
Efek pada luka gigitan: sakit, bengkak, memar, cell mati (necrosis)
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek pada sistem syaraf: Menyebabkan kelumpuhan.
Efek klinis: Berpotensi mematikan, tingkat kematian karena tidak tertolong sekitar 50 – 60%









7. Ular Kobra Hitam/Ular Sendok (Naja Sputatrix)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 130 – 185 cm, warna kulitnya hitam legam (daerah blitar), leher coklat melingkar.
Habitat: Hutan, persawahan, perkebunan atau di sekitar permukiman penduduk, sungai.
Makanan: Kadal, katak, ular, tikus atau mamalia kecil lainnya.
Kebiasaan: Diurnal, terestrial, jika diganggu akan menyemprotkan bisa sebagai pertahanan.
Tipe gigi:
Racun dominan: Postsynaptic neurotoxins (menyerang sistem syaraf)
Efek pada luka gigitan: sakit, bengkak, memar, sel mati (necrosis)
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek pada sistem syaraf: Menyebabkan kelumpuhan.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa tinggi dan berpotensi membahayakan






8. Ular Pudak Bromo (Rhabdophis Subminiatus)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 50 – 130 cm, tubuh berwarna dominant coklat dari kepala hingga ekor, leher berwarna jingga, merah menyala dan hijau, badan berbintik putih, bagian bawah berwarna putih
Habitat: Hutan, persawahan, perkebunan atau di sekitar permukiman penduduk, sungai.
Makanan: Katak, cicak, kadal.>
Kebiasaan: Terrestrial dan diurnal.
Tipe gigi: Ophistoglypha.
Racun dominan: Mixture of procoagulants.
Efek pada luka gigitan: Terasa sakit pada luka gigitan, memar, bengkak dan terjadi pendarahan.
Efek racun pada tubuh: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit pada perut, pendarahan, pingsan.
Efek klinis: Berpotensi menyebabkan kematian.


B. Ular Berbisa Menengah
1. Ular Sowo Bajing (Boiga Drapiezii)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 130 – 220 cm, warna kulitnya coklat muda.
Habitat: Hutan bakau, dataran rendah / kaki bukit hutan tropis, sungai.
Makanan: Burung, telur mereka sendiri, kadal, kodok, dan ular.
Kebiasaan: Arboreal sebagian besar nocturnal, sering kali melingkar / bergelantungan pd cabang pohon, sesekali mencari makan di dasar hutan.
Tipe gigi: Ophiestoglypha
Racun dominan: Belum diketahui.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa panas pd luka.
Efek racun pada tubuh: Terasa seperti demam bagi yang anti bodinya kurang bagus.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa menengah.




2. Ular Cincin Emas/Taliwongso (Boiga Dendrophila)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 120 – 250 cm, tubuh bagian dorsal berwarna hitam dengan garis-garis kuning atau putih disisi lateral dengan jarak satu garis dengan yang lain agak teratur, ada juga yang berwarna hitam putih, tubuh bagian ventral berwarna hitam atau kebiru-biruan, labial bawah berwarna kuning dengan garis-garis hitam kecil, mata bulat dengan pupil mata elips vertikal.
Habitat: Hutan bakau, dataran rendah / kaki bukit hutan tropis, sungai.
Makanan: Burung, rodent, kadal, kodok, ikan, dan ular.
Kebiasaan: Arboreal sebagian besar nocturnal, sering kali melingkar / bergelantungan pd cabang pohon, sesekali mencari makan di dasar hutan, perenang handal, jika diganggu akan membuka mulutnya cukup lebar dan membentuk posisi siaga dan jika menggigit maka mangsanya akan di kunyah untuk mengalirkan bisanya, juga dpt membunuh mangsanya dgn cara membelit.
Tipe gigi: Ophiestoglypha
Racun dominan: Belum diketahui.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa panas pd luka.
Efek racun pada tubuh: Terasa seperti demam bagi yang anti bodinya kurang bagus.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa menengah.




3. Marble Cat Snake (Boiga Multimaculata)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 120 cm, warna kulitnya coklat muda dengan totol-totol coklat tua.
Habitat: Hutan tropis, dataran rendah sekitar sungai / kali pd ketinggian 1700 m.
Makanan: Burung, telur mereka sendiri, kadal, kodok dan ular.
Kebiasaan: Arboreal sebagian besar nocturnal, sering kali melingkar / bergelantungan pd cabang pohon, sesekali mencari makan di dasar hutan, perenang handal, jika diganggu akan membuka mulutnya cukup lebar dan membentuk posisi siaga dan jika menggigit maka mangsanya akan di kunyah untuk mengalirkan bisanya, juga dpt membunuh mangsanya dgn cara membelit.
Tipe gigi: Ophiestoglypha
Racun dominan: Belum diketahui.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa panas pd luka.
Efek racun pada tubuh: Terasa seperti demam bagi yang anti bodinya kurang bagus.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa menengah.




4. Ular Kadut Air (Homalopsis Buccata)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 100 cm, tubuh bagian dorsal berwarna coklat kemerahan, kelabu kehijauan atau kelabu tua gelap sampai hitam, corak belang dengan bentuk yang tak beraturan, tubuh bagian lateral terdapat bintik-bintik putih, tubuh bagian ventral berwarna putih atau kuning dengan titik-titik hitam, terdapat garis hitam mata dan tanda hitam berbentuk V pada moncongnya, terdapat tiga bintik hitam pada kepalanya
Habitat: Sawah, sungai.
Makanan: Katak, ikan, reptile kecil lainnya.
Kebiasaan: Nokturnal (aktif pada malam hari).
Tipe gigi: Ophistoglypha, jika menggigit, giginya cenderung tertinggal
Racun dominan:
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa gatal pada luka.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa ringan.




5. Ular Gadung Pucuk/Ulo Jangan (Dryophis Prasinus)
Ciri-ciri fisik: Tubuhnya panjang dan sangat kecil, panjang tubuh dewasa sekitar 80 – 200 cm, tubuh bagian dorsal berwarna hijau, hijau kecoklatan atau keabuabuan-coklat, saat ketakutan atau marah, bagian leher mengembang akan terlihat warna hitam putih dan biru, tubuh bagian lateral terdapat garis kuning atau putih, tubuh bagian ventral berwarna hijau, kepala panjang dengan dengan moncong meruncing , mata horizontal.
Habitat: Dataran rendah, hutan tropis, sungai.
Makanan: Burung, kadal, katak dan reptil kecil lainnya.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), arboreal, dapat bergerak dengan cepat diantara semak atau cabang pohon dan juga sering di temukan pd dasar hutan (juvenile).
Tipe gigi: Ophiestoglypha.
Racun dominan:
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit dan sedikit rasa panas pd luka.
Efek racun pada tubuh: Tidak ada efek yang berarti bagi manusia.
Efek klinis: Kemungkinan terkena bisa ringan.


C. Ular Tidak Berbisa

Ular yang tidak berbisa umumnya bersifat sangat gesit apalagi jika bertemu dengan makluk yang lebih besar karena mereka merasa takut, makanya mereka sering melarikan diri saat bertemu kita untuk menyelamatkan diri.
1. Ular Tampar /Tali Picis (Dendrelaphis Pictus)
Ciri-ciri fisik: Tubuh panjang dan kecil, panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 100 cm, kepala oval, mata horizontal, lidah berwarna merah, warna kulitnya coklat dan ada 2 garis hitam memanjang dari kepala ke ekor, bagian bawah terdapat garis kuning memanjang hingga ekor.
Habitat: Pepohonan, hutan tropis, sungai.
Makanan: Katak, tikus, belalang, cicak, jangkrik.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), dapat bergerak dengan cepat diantara semak atau cabang pohon dan juga sering di temukan pd dasar hutan (juvenile), muncul bintik putih di leher jika marah.
Tipe gigi: Aglypha
Racun: Hanya berbahaya bagi sesama ular.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.
Efek racun pada tubuh: Tidak ada efek bagi manusia.



2. Ular Lare Angon (Xenochrophis Vittatus)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 50 – 75 cm, dengan sepasang pita coklat yang membujur di punggungnya (geminatus = berpasangan), warna punggung selebihnya coklat muda, dengan garis hitam putus-putus di bagian bawah.
Habitat: Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon.
Makanan: Katak, tikus, burung.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), gerakannya gesit, akan lari jika bertemu predator/manusia.
Tipe gigi: Aglypha.
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.



3. Ular Kayu/Priting (Ptyas Korros)

Ciri-ciri fisik: Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna coklat atau coklat kehijauan, panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 170 cm, sisik tubuh bagian belakang kuning dengan garis hitam disekeliling tiap sisiknya, tubuh bagian bawah (ventral) berwarna kuning, mata bulat, besar dan hitam, pada yang muda terdapat garis-garis putuh pada bagian tubuh atas (dorsal).
Habitat: Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon.
Makanan: Katak, tikus, burung.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), gerakannya gesit, akan lari jika bertemu predator/manusia.
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.



4. Ular Jali (Ptyas Mucosus)

Ciri-ciri fisik: Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kekuningan atau kehijauan (olive), Terdapat garis-garis vertikal hitam pada begian kepala (bibir) dan belakang, Tubuh bagian ventral berwarna putih, Mata bulat, besar,hitam, Pada yang muda terdapat garis-garis terang pada bagian depan, Panjang ± 50 cm – 250 cm
Habitat : Darat (semak-semak), persawahan/ladang
Aktivitas : Diurnal (siang hari)
Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung
Tipe gigi : Aglypa
Efek pada gigitan: tidak terlalu sakit





5. Ular Terawang (Elaphe Radiata)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 200 cm, tubuh bagian dorsal berwarna kekuningan, dengan empat garis longitudinal berwarna hitam pada bagian tubuh depan, tubuh bagian depan belakang berwarna kuning, tubuh bagian ventral berwarna kuning, terdapat garis hitam dari mata dan melintang pada bagian belakang kepala.
Habitat: Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon.
Makanan: Katak, tikus, burung.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), gerakannya gesit, akan lari jika bertemu predator/manusia, pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang.
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.



6. Ular Kadut (Acrochordus Granulatus)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 120 cm, kulitnya kasar namun tipis, warnanya belang hitam putih atau abu2 putih yang berpola garis vertikal.
Habitat: Persawahan dan sungai.
Makanan: Katak, ikan.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari).
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit






7. Ular Air (Xenocrophis Piscator)

Ciri-ciri : Tubuh bagian dorsal berwarna kuning atau coklat kehijauan (olive) dengan tanda hitam berbentuk S berwarna hitam pada sepanjang tubuhnya atau garis-garis longitudinal, Tubuh bagian ventral putih dan terdapat garis hitam pada tiap sisiknya, Terdapat garis hitam pada bagian belakang mata, Mata bulat besar, Bila marah ular ini akna memipihkan tubuhnya ketanah, Panjangnya ± 110 cm – 120 cm
Habitat : ½ perarian, dekat kolam, sungai, sawah
Aktivitas : Diurnal (aktif pada siang hari)
Makanan : Katak dan ikan
Tipe gigi : Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit



8. Ular Pelangi (Xenopeltis Unicolor)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 100 cm, Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau kehitaman jika tubuhnya terkena sinar matahari akan memantulkan warna pelangi, tubuh bagian ventral berwarna putih, kepalanya pipih, mata bulat besar.
Habitat: Sawah, ladang subur.
Makanan: Katak, ular, cacing.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari).
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak terlalu sakit.



9. Ular Serasah (Sibynophis Geminatus)

Ciri-ciri fisik: Tubuhnya kecil, panjang tubuh dewasa sekitar 50 – 70 cm, ciri utamanya terletak pada kalung tebal berwarna kuning jingga di tengkuk, dengan sepasang pita kuning agak jingga kecoklatan yang membujur di punggungnya (geminatus = berpasangan), warna punggung selebihnya coklat tua kemerahan, dengan garis hitam halus putus-putus di antara warna coklat dengan pita kuning, kepala coklat muda, dengan bibir atas berwarna putih menyolok, sisi bawah tubuh (ventral) kuning di bawah leher, kuning muda sampai putih kehijauan di sebelah belakang; dengan bercak-bercak hitam beraturan di batas lateral, iris mata berwarna kekuningan.
Habitat: Ladang subur, rerumputan.
Makanan: Katak kecil dan kadal.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), ular ini kerap menyusup-nyusup di serasah atau rerumputan sehingga jarang teramati, gesit.
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak sakit.



10. Ular Sowo Kopi (Elaphe Flavolineata)

Ciri-ciri fisik: Tubuhnya kecil, panjang tubuh dewasa sekitar 70 – 140 cm, tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau keabu-abuan dengan tanda hitam persegi panjang yang belang dengan putih bagian depan, terdapat garis hitam longitudinal pada bagian vertebral (tulang belakang), tubuh bagian belakang berwarna coklat gelap atau hitam, tubuh bagian ventral berwarna kuning, coklat atau kehitaman.
Habitat: Ladang kering, perumahan warga.
Makanan: Katak dan kadal.
Kebiasaan: Diurnal (aktif pada siang hari), pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Tidak sakit.



11. Ular Sanca Batik/Puspo Kajang (Python Reticulatus)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa dapat mencapai 1500 cm, tubuh bagian dorsal kekuning atau coklat dengan corak seperti jala (jajaran genjang) dengan warna hitam pada bagian dalamnya dikelilingi warna kuning, tubuh bagian ventral berwarna kuning, terdapat garis hitam memanjang dari bagian belakang mata, kepala berwarna kuning dengan garis hitam tepat pada tengah, mata bulat dengan pupil mata elip vertikal.
Habitat: Darat, hutan tropis dan dekat sungai (air).
Makanan: Mamalia dan unggas.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari), membunuh mangsa dengan membelit..
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Dapat menyebabkan luka yang serius.



12. Ular Sanca Kembang (Python Molurus)

Ciri-ciri fisik: Panjang tubuh dewasa dapat mencapai 800 cm, tubuh berwrna abu – abu hitam dengan corak gambar membentuk kotak tidak beraturan dgn garis tepi berwarna abu – abu, tubuh bagian ventral berwarna putih, kepala oval berwarna coklat dengan garis kunig atau abu – abu di pinggirnya, mata bulat dengan pupil mata elip vertikal.
Habitat: Darat, hutan tropis dan dekat sungai (air).
Makanan: Mamalia dan unggas.
Kebiasaan: Nocturnal (aktif pada malam hari), membunuh mangsa dengan membelit..
Tipe gigi: Aglypha
Efek pada luka gigitan: Dapat menyebabkan luka yang serius.




Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
Class: Reptilia
Order: Testudine





A3. Family: Chelydridae (Common Snapping Turtle, dan Alligator Snapping Turtle)


A4. Family: Dermatemydidae (White Turtle).


A5. Family: Dermochelyidae (Leatherback Turtle): hidup di Jawa, Bali, Sumatera, Papua. Hanya ada satu jenis suku penyu ini yaitu penyu belimbing (Dermochelys coriacea).


A6. Family: Emydidae (Kura-kura air tawar): yang banyak ditemukan di Indonesia adalah kura-kura telinga merah (Trachemys scripta).



A7. Family: Geoemydidae (Keluarga Testudinae terbesar)

A7.3. Genus: Coura
Species: Coura amboinensis


A7.4. Genus: Callagur
Species: Callagur borneoensis (Critically Endangered)


A7.5. Genus: Geoemyda
Species: Geoemyda spengleri


A7.6. Genus: Heosemys
Species: Heosemys spinosa
(Endangered)


A7.7. Genus: Malayemys
Species: Malayemys Subtrijuga (Vulnerable)


A7.8. Genus: Notochelys
Species: Notochelys platynota (Kura Pipih – Vulnerable)


A7.9. Genus: Orlitia
Species: Orlitia borneensis (Endangered)


A7.10. Genus: Siebenrockiella
Species: Siebenrockiella crassicollis
(Vulnerable)


A7.11. Genus: Leucocephalon
Species: Leucocephalon yuwonoi (Sulawesi Forest Turtle (Critically Endangered):hanya ada di Indonesia.


A7.12. Genus: Hieremys
/ Species: Hieremys annandalii (The Yellow-headed Temple Turtle)


A8. Family: Kinosternidae: Kura-kura air tawar.

A9. Family: Platysternidae - (The Big-headed Turtle): kura-kura pemanjat pohon.



A10. Family: Testudinidae (Tortoise / Kura-kura Darat)
Kura-kura yang masuk dalam famili ini-lah yang seringkali disebut sebagai kura-kura darat sejati, karena hidup sepenuhnya di darat. Kura-kura dari famili ini juga dikenal sebagai kura-kura yang bisa berumur panjang, dan berbadan raksasa. Berikut ini adalah dua jenis kura-kura darat asal Indonesia.


A10.1. Genus: Manouria
Species: Manouria emys (Baning coklat) Berasal dari Sulawesi.


A10.2. Genus: Indotestudo
Species: Indotestudo forstenii (Baning Sulawesi) Berasal dari di Sulawesi.


A11. Family: Trionychidae (Soft-shell Turtles / Labi-labi)
A11.1. Genus: Amyda
Species: Amyda cartilaginea (Bulus) (Vulnerable). Ini dia asal kata ’si akal bulus’ berasal.


A11.2. Genus: Dogania
Species: Dogania Sublana (labi-labi hutan)


A11.3. Genus: Chitra
Species: Chitra chitra (labi-labi bintang) (Critically Endangered)


A11.4. Genus: Pelochelys
Species: Pelochelys bibroni (labi-labi Irian – Vulnerable)

Species: Pelochelys cantorii (labi-labi raksasa – Endangered)


B. SUBORDER: Pleurodira
B1. Family: Chelidae (Kura-kura Leher Ular): Berleher panjang, kepalanya tidak dapat dimasukkan ke dalam cangkang, banyak terdapat di Indonesia bagian Timur, terutama Irian Jaya.


B1.1. Genus: Chelodina (lihat: chelodinae.com)

Species: Chelodina novaeguineae
Species: Chelodina siebenrocki
Species: Chelodina reimanni (Reimann’s Snake-necked Turtle): hanya ada di Indonesia.
Species: Chelodina mccordi (Roti Island Snake-necked Turtle – Critically Endangered): berasal dari Roti Island

Species: Chelodina parkeri (Parker’s Snake-necked Turtle – Vulnerable)

B1.2. Genus: Elseya
Species: Elseya novaeguineae
Species: Elseya branderhorstii (Vulnerable): hanya ada di Indonesia
Species: Elseya schultzei

B1.3. Genus: Emydura
Species: Emydura subglobosa




B2. Family: Pelomedusidae. Anggota suku ini merupakan kura-kura air tawar. Kura-kura ini hidup di Amerika Selatan, Afrika dan Madagaskar dan tidak ditemukan di Indonesia.

update:

water dragon
water dragon, yang konon di kabarkan bersarang di antartika dan sebagian berada di daratan es di greenland. walaupun di sebut naga air namun berbentuk seperti kura-kura, menurut pada ahli dragonologi, kura-kura adalah jenis evolusi trakhir dari naga laut.


Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.